a. Pengertian Pendidikan Anak
Pendidikan
anak adalah usaha sungguh-sungguh yang dilakukan oleh orang tua untuk
mencerdakan kehidupan anak baik aspek kecerdasan intelektual, emosional maupun spiritual.
Pendidikan
yang dilakukan orang tua terhadap anak
bisa di lakukan dalam dua bentuk pendidikan yang saling berkaitan, yakni
pendidikan formal dan pendidikan non formal.
Pendidikan formal
adalah pendidikan yang diselenggarakan melalui prasarana terlembaga seperti;
sekolah, pondok pesantren modern, akademi, dan universitas.Adapun pendidikan
non formal adalah pendidikan yang diselenggarakan di luar jalur formal.
a.
Posisi Anak dalam Al-Qur’an
Dalam Al-Qur’an, sebagaimana
diuraikan oleh Aang Ridwan, anak diposisikan Allah
dalam tiga posisi, yakni : zinatun
(perhiasan), Qurrota a’yun (penyejuk
mata dan hati), dan fitnatun (cobaan).
Pertama, anak diposisikan sebagai Zinatun,
yakni perhiasan. Seorang anak bagi orangtunya merupakan perhiasan indah dunia
yang tiada bandingnya. Kehadiran seorang anak dalam keluarga melebihi kehadiran
siapapun yang terhebat di dunia. Dalam posisi ini ada kebanggaan yang hadir
dalam hati setiap orang tua sekaligus banyak rasa takut dan kekhawatiran.
Seperti
seseorang yang punya perhiasan, siapapun pasti senang memakainya tetapi juga
ada ketakutan dan kekhawatiran. Takut hilang, takut dicuri orang, dan
sebagainya. Pundemikian dengan anak, setiap orang tua senang memilikinya tetapi
banyak ketakutan. Takut tidak soleh, takut durhaka, takut maksiat dan yang
lainnya. Pada posisi ini anak kadang tidak member ketengan batin.
Posisi anak
sebagai zinatun ini dijelaskan oleh
Allah dalam Al-Qur’an Surat Al-Kahfi [18], ayat 46.
Artinya :
“Harta
dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal
lagi sholeh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk
menjadi harapan”.
Kedua, anak diposisikan dalam Al-Qur’an
sebagai sebagai Qurrotaa’yun, yakni penyejuk mata dan hati. Pada posisi ini,
keberadaan anak tidak sekedar indah dimiliki seperti punya perhiasan namun
kadang tidak membawa ketenangan. Tetapi dalam posisi Qurrota a’yun, sang anak membawa ketenangan batin bagi orang tuanya.
Posisi Qurrrota a’yun ini adalah
posisi ideal dari keberadaan seorang anak bagi orang tuanya.
Posisi
anak sebagai qurrota a’yun ini dinformasikan oleh Allah dalam Al-Qur’an Surat Al-Anfal [8], ayat :28),
Artinya :
“Dan
orang-orang yang berkata: “Ya Tuhan kami anugerahkanlah kepada kami
isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyejuk hati (kami), dan
jadikanlah kami sebagai imam bagi orang-orang yang bertaqwa”
Ketiga, anak diposisikan Allah dalam
Al-Qur’an sebagai fitnatun, yakni cobaan bagi kedua orang tuanya. Dalam posisi ini,
anak selain menjadi beban juga menjadi sumber penderitaan. Ia bukan memberi
kedaiamaian tetapi menjadi sumber keresahan.
Posisi
anak sebagai fitnatun ini dijelaskan
oleh Allah dalam Al-Qur’an surat Al-Furqon [25], ayat : 74.
Artinya:
“Dan
ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan
sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar”
Berdasarkan uraian di atas pendidikan terhadap anak
sangat penting dilakukan agar anak tidak menjadi sumber penderitaaan dan fitnah
tetapi menjadi penyejuk mata dan hati pada saat memandangnya.
b. Tahapan Pendidikan Anak dalam Islam
Menurut Jujun Junaedi dan Aang Ridwan, pendidikan anak dalam Islam memiliki tiga tahapan utama, yakni
tahapan qoblal wiladah, indal wiladah
dan ba’dal wiladah. Tiga tahapan ini merupakan
tangga-tangga yang harus dilalui dengan niai-nilai Islami dan qur’ani.
Pertama, tahap qoblal wiladah,
yakni tahap pendidikan anak sebelum masa melahirkan atau tahap pendidikan anak
pada masa kehamilan. Ini merupakan tahap pendidikan pertama dan utama. Sejak
masa kehamilan seorang anak harus didik dengan perilaku Islami seperti: Istiqomah
menjalankan Ibadah, baik ibadah ritual ataupun dan sosial, mudawamah tilawah Qur’an, dan banyak berdo’a kepada Allah, seperti
yang dilakukan Nabi zakaria, yang dijjelaskan Allah dalam Al-Qur’an surat Ali Imron [3], ayat 38:
Artinya:
”Disanalah Zakariya berdo’a
kepada Tuhanya seraya berkata: “Ya Tuhanku berilah aku dari sisi Engkau seorang
anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar Do’a”.
Kedua, ‘indal wiladah, yakni
tahap pendidikan anak pada masa melahirkan. Ini merupakan tahapan terpenting
kedua. Pada tahap ini proses pendidikan diawali dengan melakukan penyambutan
atas kelahirannya, menunggui masa kelahirannya, mengadzani telinga kanan dan
mengiqomahi telinga kirinya, menyiapkan dan memberi nama yang baik, melakukan
akikah (penyembelihan kambing, dua ekor
untuk anak laki-laki dan satu ekor untuk anak perempaun), mencukur rambutnya
pada saat akikah dan bershodaqoh kepada orang-orang miskin pada saat mencukur
rambutnya, dan menghitannya kalau sudah sampa waktunya.
Ketiga, tahap pendidikan ba’dal wiladah,
yakni tahap pendidikan setelah masa melahirkan. Menurut Imam Ali bin Abi
Thalib, sebagaimana dikutip oleh Jujun Junaedi dan Aang Ridwan, terdiri dari
tiga tahapan, yakni
a.
La-Ibuhum, yakni tahap bermain, tahapan ini dimulai dari nol
tahun sampai tujuh tahun. Diantara bermain yang dianjurkan Rasulullah, adalah sibahah
(berenang), rimayah (memanah), dan naik kuda.
b. Addibuhum, yakni tahap penanaman
disiplin, etika dan tata karma. Tahapan ini dilakukan dari mulai tujuh tahun sampai sampai empat belas tahun. Pada
usia ini seorang anak harus diberitahu antara yang benar dan yang salah, yang
halal dan yang haram.
c.
Roofiquhum, yakni tahap kemitraan.
Tahapan ini dilakukan dari mulai empat belas tahun ke atas. Setelah empat belas
tahun seorang anak harus diposisikan sebagai mitra atau sahabat bagi orang tuanya.
c.
Metode Pendidikan Anak
Menurut
Dr. Abdullah Nasih Ulwan, ada beberapa metode yang bisa diterapkan dalam
melakukan pendidikan terhadap anak, yakni;
1. Metode
pendidikan dengan keteladanan, yakni pendiidkan dengan contoh dan perilaku baik
orang tua. Metode ini sangat berpengaruh dalam membentuk aspek, moral spiritual
dan etos social anak.
2. Metode
pendidikan dengan adat kebiasaan yang baik, yakni membiasakan anak melakukan
perbuatan-perbuatan baik.
3. Metode
pendidikan dengan memberikan nasehat yang baik.
4. Metode
pendidikan dengan memberikan perhatian terhadap kebutuhan dan perkembangan anak.
5. Metode
pendidikan dengan memberikan hukuman atau sangsi yang mendidik apabila anak
melakukan pelanggaran.
a. Maksimalisasi Peran Ibu sebagai Madrasah
Keberhasilan
pendidikan anak dalam Islam ternyata sangat ditentukan oleh peran seorang ibu.
Ia memiliki peran yang sangat signifikan, sekaligus penentu baik dan tidaknya
atau soleh dan tidaknya seorang anak. Peran utama seorang ibu adalah sebagai
madrasah atau sekolah bagi anaknya. Diantara peran madrasah seorang ibu bagi
anaknya adalah sebagai berikut:
1.
Madrosatul aqidah (ibu
adalah sekolah tauhid bagi anaknya)
2.
Madrosatul ‘adabiyah (ibu
adalah sekolah budi pekerti bagi anaknya)
3.
Madrosatul nafsiyah (ibu
adalah sekolah ruhani bagi anaknya)
4.
Madrosatul fikriyah (ibu
adalah sekolah intlektual bagi anaknya)
5.
Madrosatul qouliyah (ibu
adalah sekolah bahasa bagi anaknya)
6.
Madrosatul Ijtimaiyyah (ibu adalah sekolah social bagi
anaknya)
b. Maksimalisasi Peran Ayah sebagai Uswah
Selain
ditentukan oleh peran seorang ibu sebagai madrasah
(sekolah) bagi anaknya, pendidikan anak dalam Islam juga ditentukan
keberhasilannya oleh maksimalisasi peran seorang ayah. Peran ayah dalam
pendidikan anak adalah sebagai suri tauladan. Seorang ayah harus menjadi
tauladan anaknya dalam hal berikut ini:
1. Tauladan
dalam pelaksanaan ibadah ritual
2. Tauladan
dalam kedisiplinan
3. Tauladan
dalam menghargai waktu
4. Tauladan
dalam menjalin hubungan baik dengan sesama
5. Tauladan
dalam berperilaku
6. Tauladan
dalam berpenampilan
7. Tauladan
dalam pendidikan
Selain itu seorang ayah dalam rangka memaksimalkan perannya sebagai uswah
memili kewajiban kepada anaknya sebagai berikut :
1.
Memberikan
nafkah yang halal
2.
Memberikan
keteladanan/contoh yang baik
3.
Menanamkan
nilai-nilai akhlaq yang aplikatif
4.
Menanamkan
nilai-nilai Tauhid yang kondusif
5.
Menciptakan
lingkungan yang kondusif
6.
Memberikan
keahlian/skill untuk menghadapi tantangan hidup/tuntutan zaman
7.
Mendoakan
c. Maksimalisasi Peran Sekolah (lembaga pendidikan)
Aspek
lain yang menjadi penunjang keberhasilan pendidikan bagi seorang anak adalah
lembaga pendidikan tempat sang anak belajar. Hal ini merupakan penunjang yang
bersifat primer. Pendidikan anak akan sangat baik jika di sekolahkan di lembaga
pendidikan yang epektif. Berikut beberapa karakteristik sekolah efektif yang
menunjang keberhasilan pendidikan anak :
1. Proses
belajar mengajarnya efektif
2. Kepemimpinan
sekolah yang kuat
3. Lingkungan
sekolah yang aman dan tertib
4. Pengelolaan
tenaga kependidikan yang efektif
5. Memiliki
budaya mutu
6. Memiliki
team work yang kompak, cerdas dan dinamis
7. Memiliki
kemandirian
d. Maksimalisasi Peran Lingkungan
Factor
lain yang menjadi penujang keberhasilan pendidikan bagi anak adalah lingkungan.
Baik lingkungan keluarga maupun lingkungan sosial. Lingkungan keluarga yang
baik akan menjadi penujang efektivitas pendidkan anak. Pun demikian dengan
lingkungan sosial. Ia akan menjadi motivasi baik bagi perkembangan kecerdasan
intelektual dan social anak.